Rabu, 16 September 2009

Pusri Ekspor Urea

Meski Harga Rendah, Pusri Buka Tender untuk Ekspor Pupuk

Palembang:
PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) segera membuka tender untuk ekspor pupuk meski harga pupuk di pasaran dunia saat ini terhitung turun, 260-270 dollar AS per ton.
Dirut PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) Dadang Heru Kodri mengemukakan hal ini kepada wartawan, seusai berbuka puasa bersama masyarakat dan karyawan di Palembang, Rabu (16/9).
Dijelaskannya, saat ini memiliki alokasi stok sekitar 1,5 juta ton pupuk urea. Dari jumlah itu, sebanyak 470.000 ton disiapkan untuk memenuhi pasar ekspor perdana ke kawasan Asia.
“Saat ini PT Pusri sudah mendapatkan izin dari pemerintah pusat untuk melakukan penjualan pupuk ke luar negeri. Meski demikian, pemerintah mensyaratkan kegiatan ekspor ini tidak boleh kurang dari volume 500.000 ton,” ujarnya.
Setelah dikalkulasi, sekarang ini Pusri memiliki stok produksi sebesar 1,5 juta ton, sehingga sudah diputuskan juga bahwa sebanyak 470.000 ton akan dijual ke luar negeri.
Untuk realisasinya, pada hari ini, Kamis (17/9), PT Pusri akan membuka tender bagi eksportir yang berminat menggarap pasar tersebut. Target pasar ekspor ini, antara lain, ke Thailand, Vietnam, Malaysia, dan sejumlah negara di Asia Tenggara lainnya. Seperti tahun-tahun sebelumnya.
Diakui Dadang, harga jual pupuk diputuskan mencapai 260-270 dollar AS per ton. Meski demikian, standardisasi harga ini masih bisa berubah, tergantung bagaimana hasil tender nanti. Dan ini masih menguntungkan.

Meskipun memang sangat rendah disbanding tahun-tahun sebelumya di mana harga pupuk di pasaran dunia pernah mencapai 500 dollar AS per ton.
“Bagaimanapun, ekspor tetap lebih menguntungkan dibanding Pusri diharus open storage yang menambah biaya penyimpanan dan sewa gudang. Karena pupuk yang diproduksi belum terserap petani, sementara produksi tak bias dihentikan,” ujarnya.
Sebelumnya, Direktur Teknik Indra Jaya dan Direktur SDM dan Umum PT Pusri Djafaruddin Lexi mengakui belum optimal atau kurangnya permintaan dan kecilnya penyerapan pupuk urea di tingkat petani di Indonesia saat ini menyebabkan pupuk urea menumpuk dari lini I (pabrik), lini II (provinsi) , hingga lini III (kabupaten). Pupuk ditutupi terpal untuk menghindari kerusakan dan penyusutan.

Kalaupun menyewa gudang, tidak bisa dilakukan optimal, karena masyarakat umumnya enggan menyewakan gudangnya untuk pupuk. “Karena dampak korporasi serta aromanya yang sulit dihilangkan. Padahal, biasanya gudang tersebut juga digunakan untuk menyimpan barang-barang lain. Sehingga tak ada pilihan, melakukan open storage.

PT Pusri selaku holding company perusahaan pertilizer di tanah air mengambil kebijakan menyewa 172 gudang milik swasta hingga menunggu Musim
Tanam Okmar (Oktober-Maret) berlangsung dan izin ekspor yang dikeluarkan
departemen terkait.

Saat ini berdasarkan pantauan di pabrik dan gudang Pusri hingga Lini III pupuk urea bersubsidi menumpuk hingga manajemen melakukan open storage. Di beberapa gudang seperti Gudang Tagor dan Naskah di dua lokasi berbeda pupuk urea sudah memenuhi areal luar gedung.

Menurut Indra penyerapan pupuk di tingkat petani saat ini kecil karena musim kemarau dan belum turunnya hujan.

Saat ini sudah terdapat kelebihan sebanyak 200 ribu ton urea. Padahal normalnya seperti di Palembang stok digudang sebesar 85 ribu ton saja. “Kini sudah mencapai 130 ribu ton,” kata Indra Jaya. (sir)